Jumat, 08 Maret 2013

Tujuh Hari yang Sempurna Buat Real Madrid


Tujuh hari yang sempurna buat Real Madrid. Dalam tempo itu, El Real berhasil mencatatkan sukses dengan membungkam dua tim kelas dunia di tiga kompetisi berbeda.
Diawali dengan Barcelona pada Rabu, 27 Februari 2013 lalu. Blaugranadipaksa memendam ambisinya untuk bisa merengkuh trofi Copa Del Rey usai dikalahkan Madrid 1-3 di leg 2 semifinal. Tim yang sementara ini masih ditangani caretaker Jordi Roura tersingkir dengan agregat 2-4.

Tiga hari berselang, dua tim rakasasa Spanyol itu kembali bertemu di pentas La Liga. Dan kembali, Madrid membungkam rival abadinya dengan kemenangan 2-1.

Pada Selasa 5 Maret 2013, Madrid lagi-lagi dihadapkan dengan pertandingan 'super sengit'. Lawan Los Blancos adalah pemuncak klasemen sementara Premier League, Manchester United.

Beban di pundak Cristiano Ronaldo cs terasa semakin berat karena mereka harus bermain tandang dengan mengantongi modal 'cekak' yaitu hasil imbang 1-1 pada pertemuan pertama.

Tapi, seperti diungkapkan para pemain Los Blancos sebelum laga, dua kemenangan atas Barcelona, pekan lalu, telah menjadi suntikan moral tersendiri bagi tim. Terbukti, Madrid pun sukses membungkam publik Old Trafford yang sempat bersorak usai Sergio Ramos mencetak gol bunuh diri di menit 48, namun kemudian mampu dibalikkan oleh torehan dari Luka Modric di menit 66 serta Ronaldo di menit 69.

Bayang-bayang kontroversi
Kontroversi seakan menjadi teman setia buat Madrid. Betapa tidak, kemenangan mereka dalam dua laga terakhir, melawan Barcelona dan MU, selalu diwarnai kejadian yang mengundang pro dan kontra.

Saat melawan Barcelona di La Liga misalnya. Jelang akhir laga, Lionel Messi cs yang tertinggal 1-2 memprotes keras wasit karena tidak memberikan hadiah penalti atas pelanggaran Sergio Ramos terhadap Adriano Correia di kotak terlarang. Malah kiper Victor Valdes yang menghampiri sang pengadil lapangan hijau, Miguel Angel Perez Lasa, diganjar kartu merah dan sekarang dikenai hukuman larang tampil dalam empat laga.

Lalu, sebuah kontroversi kembali hadir di laga 'hidup mati' melawan MU. Wasit Cuneyt Cakir tiba-tiba mengusir Luis Nani keluar lapangan di menit 57. Winger asal Portugal yang menjadi penyebab Sergio Ramos terpaksa melakukan gol bunuh diri di menit 48 itu dinilai melakukan pelanggaran keras kepada Alvaro Arbeloa. Dia menghujamkan tendangan ke rusuk bek timnas Spanyol itu saat mereka berebut bola.

Keputusan wasit mengusir Nani tentu membuat MU melemah. Maka tak heran, ketika laga memasuki menit 60an, dua gol langsung disarangkan Madrid ke gawang David De Gea.

"Melawan 11 pemain Madrid sangat sulit. Kami sedih harus menyelesaikan laga dengan 10 pemain, apalagi di pertandingan sebesar ini yang ditonton masyarakat di penjuru dunia," kata asisten manajer MU, Mike Phelan, yang hadir menggantikan Sir Alex Ferguson dalam jumpa pers usai laga.

Diuntungkan dengan keputusan wasit, manajer Madrid, Jose Mourinho mencoba bersikap fair, dia enggan berkilah atas kemenangan Madrid. Pria yang biasa disapa Mou itu bahkan mengakui bahwa Nani tidak sepantasnya diganjar kartu merah dan mengakui MU bermain lebih baik dalam pertandingan tersebut.

"Nani melakukan pelanggaran keras. Tapi, dia hanya layak mendapatkan kartu kuning," ungkap Mourinho.

"Namun, itu keputusan independen wasit, dia sudah memberi kartu merah. Bagi saya, kali ini tim terbaik kalah dan kami tidak layak menang," sambung juru ramu strategi berjuluk The Special One itu.

Laga Emosional Ronaldo 
Tak lengkap rasanya jika membicarakan Madrid tanpa menyorot sosok Cristiano Ronaldo. Terlebih, CR7 bisa dibilang menjadi tokoh utama di pertandingan melawan MU kemarin.

Bukan hanya karena dia merupakan pemain andalan Madrid, namun seperti diketahui, Ronaldo juga memiliki hubungan emosional dengan 'Setan Merah.' Ya, sebelum bergabung ke klub ibukota Spanyol, pemain yang selalu tampil klimis tersebut merupakan ikon di Theatre of Dreams.
Maka tak aneh kalau jauh-jauh hari sebelum pertandingan dihelat, Ronaldo menyatakan tidak akan melakukan selebrasi jika berhasil membobol gawang mantan klubnya tersebut.

Di pertemuan pertama, bulan lalu, Ronaldo sukses mengoyak jala MU. Demi memegang teguh komitmen, pemain 28 tahun itu tidak memperlihatkan ekspresi apapun usai memperdayai David De Gea dengan tandukan keras.

Dan hal serupa kembali terulang di leg 2. Ronaldo mencetak gol penentu kemenangan Madrid atas MU. Dia hanya berjalan ke belakang gawang sambil sedikit tersenyum menyambut rekan-rekannya yang datang melakukan selebrasi.

Cerita unik lainnya, ternyata, meski mencetak masing-masing satu gol di dua leg babak 16 besar, Ronaldo tidak memungkiri level permainannya menurun dalam dua pertandingan melawan MU itu. Dia menganggap hal tersebut disebabkan sambutan luar biasa yang ditunjukkan fans MU.

"Ini momen yang emosional. Saya hanya bisa mengucapkan luar biasa. Suporter MU membuat saya merasa malu. Jadi saya pikir di dua pertandingan itu, saya tidak bermain seperti biasanya," ujar Ronaldo.

Selaku pelatih, Mourinho pun tidak terkejut dengan penurunan level permainan Ronaldo ketika melawan MU itu.
"Secara mental, ini tidak mudah bagi Ronaldo. Saya memimpin tim bermain di Stamford Bridge setelah hengkang, dan itu tidak mudah. Saya menghadapi Porto, tidak mudah. Suatu hari nanti saya akan kembali ke San Siro, tidak mudah. Jadi, ini tidak mudah bagi Ronaldo," tegas Mourinho.

Lepas dari kontroversi ataupun hubungan emosional Ronaldo dengan MU, yang jelas tujuh hari lalu berjalan sempurna buat Madrid. Tiga kemenangan penting diraih, salah satunya bahkan mengantarkan El Real tinggal selangkah lagi naik ke tangga juara Copa Del Rey.

Nah, sekarang pertanyaannya, apakah Madrid masih sanggup untuk melanjutkan catatan positif tersebut ke depannya? Jika jawabannya 'ya', setidaknya ada dua target realistis yang menanti untuk diperjuangkan.
Memang trofi La Liga hampir pasti tak mampu diraih. Madrid sudah tertinggal jauh, 13 poin, dari pemuncak klasemen, Barcelona.
Tapi, seperti sudah disebutkan, Si Putih kini hanya tinggal selangkah lagi dengan gelar Copa Del Rey. Selain itu, dengan lolos ke perempatfinal, maka jalan Los Merengues untuk mewujudkan ambisi La Decima (trofi Liga Champions ke-10) juga kembali terbentang luas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar